Musim kemarau rupanya berimbas ke para perajin genteng di pusat produksi genteng
Kabupaten Banyumas, yakni Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang. Tanah
liat sebagai bahan utama pembuatan genteng kian mengering. ”Musim
kemarau seperti ini tanah liat jadi mengering. Dalam sehari biasanya mengangkut tanah liat dua rit, sekarang hanya bisa angkut satu rit,” kata Antono, salah satu buruh peregin genteng, Rabu (18/7).
Tanah liat yang digunakan para perajin genteng itu diambil dari Desa Karangbawang, Kecamatan Ajibarang. Menurutnya, tanah liat lokal asal Desa Karangbawang di saat musim kemarau mudah re tak bila untuk cetak genteng. "Kualitas tanah liat Desa Karangbawang ini mudah retak untuk pembuatan genteng. Makanya, untuk menambah tanah liat yang sulit didapat saat ini sekaligus menguatkan tanah liat Karangbawang, para perajin genteng Desa Pancasan mengambilnya dari daerah Purbalingga,” jelasnya.
Ditambahkan, di kala musim kemarau kendalanya pada tanah liat yang sulit didapat. Tetapi bila musim penghujan kendalanya proses pembakaran dan penjemuran genteng
jadi lama. Meski tanah liat yang mereka gunakan tak asli dari daerah
sendiri, namun kualitasnya tak kalah dengan produk genteng buatan daerah
lain. "Yang pesan genteng Pancasan berasal dari Slawi, Ilegal, Brebes,
Bumiayu, Cirebon. Ya kami bersyukur, genteng produk lokal kami masih
dipercaya konsumen luar Banyumas,” tgar Hani, satu perajin genteng.
Dari data Dinperindagkop Banyumas jumlah produsen genteng di Desa Pancasan sekitar 400 produsen. "Secara umum kapasitas produksi genteng
di Pancasan tidak berubah rata-rata tiga juta biji genteng per bulan.
Dan sejauh ini kapasitas produksi juga tidak berubah drastis, artinya
masih tetap sama,” ujar Wartono, Kasi Industri Kecil Dinperindagkop
Banyumas. Artikel mengenai tanah liat dan perajin genteng ini dimuat di Kedaulatan Rakyat jadi sumbernya dari situ.