KADANG dalam sistem pembelajaran kita, tanpa disadari sering terjadi pembunuhan karakter pada anak didik. Jika pembunuhan karakter
ini sudah terjadi sejak dini dan beru-lang-ulang dilakukan dalam setiap
jenjang, akan berdampak bumk bagi perkembangan karakter anak didik.
Mungkin kita tidak menyadari ketika hal itu terjadi, tetapi dampaknya di
kemudian hari sangat je-las bisa kita rasakan.
Ketika anak bertanya kepada guru
tentang sesuatu yang belum ia pahami, kadang guru marah karena anak
tersebut belum paham dengan penjelasan yang telah guru sampaikan. Atau
ketika anak mengemukakan pendapat yang salah, kadang guru langsung
menyalahkannya secara terang-terangan yang kadang membuat anak tersebut malu. Atau, sering guru tidak suka ketika anak didiknya terlalu sering bertanya. Itu semua fenomena yang sering terjadi dalam proses pembelajaran kita yang bisa membunuh karakter anak.
Ada sebagian guru yang lebih memilih galak
atau keras agar siswa bisa' patuh dan tidak semena-mena pada mereka.
Padahal itu tidak selamanya benar. Memang, dengan begitu siswa terlihat
hormat, tapi lebih tepatnya lagi bukan hor-mat, melainkan takut. Dengan
begitu anak tidak berani untuk sekadar bertanya tentang sesuatu yang
belum bisa mereka pahami atau anak takut mengeluarkan pendapat dan
cen-derung pasif. Ini bisa memicu pembunuhan karakter pada anak,
sehingga anak cenderung diam dan tidak berani mengemukakan pendapat.
Guru yang terlalu mengekang juga bisa mematikan poten-si yang ada pada
anak didik, misalnya guru mengatakan, "Cara mengerjakan soal ini harus
sesuai cara ibu ya, selain cara seperti yang ibu ajarkan, salah!"
Padahal, secara naluri anak memiliki karakter yang selalu ingin tahu. Kalau keingintahuan mereka dibatasi hanya dengan satu cara mengerjakan, lambat laun karakter
yang serba ingin tahu itu mati, la akan tumbuh menjadi anak yang tidak
bisa mengungkapkan ide dan gagasan yang ia miliki dan diketahuinya
Kadang kita juga sering menemukan kasus seorang guru marah
kepada muridnya karena murid tersebut lambat dalam menangkap pelajaran
yang ia sampaikan. Kadang guru mengatakan, “Dasar anak bodohl Begini
saja tidak bisa!”. Ketika guru sudah memberi sebutan kepada anak degan
sebutan “ anak bodoht itu akan terus dikenang, la akan cenderung terus
menganggap dirinya bodoh, sehingga merasa percuma belajar jika tetap
disebut bodoh. Ini bisa mematikan karakter anak untuk berkembang menjadi lebih maju.
Metode pembelajaran yang berpotensi membunuh karakter anak harus segera
dibenahi. Jika anak terus menerus dididik dengan metode seperti itu,
bisa memberikan dampak buruk bagi anak tersebut. Jika anak sudah dibunuh karakternya sejak dini, ia cenderung tetap seperti itu hingga de-wasa.
Guru yang baik adalah yang bisa membaur dengan murid-muridnya, yang
mampu memahami dan mendidik muridnya dengan kasih sayang. Karena jika
dilandasi dengan kasih sayang, semuanya terasa lebih mudah, baik bagi
guru maupun anak didik itu sendiri. Sekarang sedang gencar-gencarnya
diterapkan pendidikan
karakter, namun harus menjaga karakter yang telah terbangun sebelumnya
supaya tidak terbunuh. Artikel ini dimuat KR. Siti A'isah, Mahasiswa
PGSD FIPUNY adalah penulis artikel tentang pembunuhan Karakter pada anak Didik ini.