Berbagai warna dari sinar lampu menyoroti suasana tepi koIam renang yang berbentuk oval di Hotel Jayakarta.
Bangunan tenda di bawah cahaya kekuningan tersebut terlihat ramai
dikunjungi para tamu. Lantunan musik akustik sederhana menemani hiruk
pikuk orang-orang yang mendatangi Pasar Malam Hotel Jayakarta, Yogyakarta.
Di tenda-tenda tersebut dijual aneka kesenian daerah mulai dari kain batik, handycraft, souvenir, makanan ringan khas Jogja dan pakaian untuk oleh-oleh keluarga. Sepintas, keramaian di sana terlihat seperti Jalan Malioboro.
"Kami memang berencana memindahkan Malioboro ke tempat ini," kata Joko Paromo, marketing manajer, sekaligus penggarap program pasar malam tersebut.
Hotel yang terkenal dengan resort budaya ini memang selalu menampilkan unsur daerah di setiap kegiatannya. Joko tetap menginginkan konsep tradisional melekat pada acaranya.
Kata dia, meskipun dibingkai dengan nama "Pasar Malam”, yang identik pada suasana perdesaan, lingkungan tepi pasar tersebut malah menggambarkan era modern yang dikombinasikan heritage budaya lokal.
Sama dengan memasuki-Malioboro, di pasar malam di Hotel Jayakarta
ini pengunjung tidak dipungut biaya retribusi. Meski hanya ingin
melihat dan menikmati suasana tersebut, Hotel Jayakarta selalu terbuka
bagi para tamunya.
Kemudian bila ingin kuliner dinner di sana, pengunjung hanya perlu
mengeluarkan uang Rp 60 ribu untuk bisa menyantap makanan tradisional
ala hotel sepuasnya.
Kegiatan ini tidak digelar setiap hari, tapi hanya setiap hari Jumat
dan Sabtu. Waktunya juga terbatas, mulai pukul 19.00 hingga 22.00.
"Maksudnya agar anak-anak bisa ikut serta menikmati acara ini. Karena target kami, wisata pasar malam ini, bisa menjadi pengganti liburan akhir pekan keluarga," katanya. Artikel mengenai Hotel Jayakarta ini dimuat di Republika.