Larangan Jilbab Turki
Di republika pernah dimuat berita mengenai larangan jilbab Turki. Berikut ini berita selengkapnya mengenai larangan jilbab Turki.
Turki Cabut Larangan Jilbab
Kelompok sekuler khawatir pemerintah melakukan islamisasi pendidikan.
Turki mencabut larangan jilbab di sekolah-sekolah agama. Larangan telah berlangsung selama beberapa dekade. Dengan aturan baru ini, siswi sekolah agama yang dikenal dengan sebutan Imam Hatip boleh berjilbab. Mereka yang belajar di sekolah umum pun diizinkan mengenakan jilbab saat peIajaran Alquran. Ini akan berlaku mulai tahun ajaran 2013-2014.
Pemerintah mengumumkan kebijakan tersebut pada Selasa (27/11) lalu. "Mari kita biarkan setiap orang meminta anaknya berpakaian sesuai keinginan dan keyakinannya,” kata Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan saat berada di Madrid, Spanyol seperti dikutip Reuters, Rabu (28/11). Menurut dia, kebijakan baru im merupakan respons keinginan masyarakat.
Erdogan mengakui, isu seragam sekolah sudah menjadi perdebatan lama di Turki. Melalui aturan baru, pemerintah ingin menuntaskannya.Dihapusnya larangan jilbab, melengkapi undang-undang yang disahkan Maret lalu. Isinya, pemerintah mengizinkan sekolah agama menerima siswa mulai umur 11 tahun. Ketentuan sebelumnya, minimal usia siswa yang bisa belajar di sana adalah 15 tahun.
Hingga saat ini, sebanyak 240 ribu dari 4 juta siswa belajar di sekolah agama. Gurkan Avci, kepaIa Democratic Educators Union (DES), mendukung pemerintah. Ia mengatakan, aturan ketat soal pakaian sejak 12 September 1980 yang diterapkan militer memang sudah wak-tunya dihapus. Sebab, peraturan tersebut diskriminatif karena meIarang jilbab.
Avci menegaskan, guru dan siswa mesti terbebas dari aturan mengekang. Biarkan mereka mengenakan pakaian sesuai keyakinan, seperti jilbab. Dengan kondisi ini, sistem pendidikan selamat dari kekangan pihak tertentu seperti masa militer berjaya. Ia ingin melihat siswa datang ke sekolah dengan pakaian beraneka warna.
Keadaan seperti itu, jelas dia, akan mengubah sekolah seakan sebuah kebun sarat warna-warni bu-nga. Terlihat sangat indah. Menurut dia, pemerintah menjalankan refor-masi yang memiliki prospek cerah. "Sebab, reformasi tersebut mengembangkan demokratisasi dan peradaban daIam pendidikan,” kata Avci kepada harian Todays Zaman.
Harian sekuler Cumhuriyet menyatakan reformasi yang diIakukan baru-baru ini adalah langkah Islamisasi pendidikan. "Ini akan berakhir dengan chador,” demikian berita utama harian tersebut.
Mereka merujuk pada jenis hijab yang menutup seluruh bagian muka dan tubuh perempuan. Egitim-Sen, persatuan pemerhati pendidikan, mengkritik pemerintah mengenai seragam dan jilbab di sekolah.
"Kami melihat perubahan ini menuju pada sistem pendidikan yang religius,” ujar Egitim-Sen daIam pernyataan tertulisnya. Menurut mereka, simbol agama mestinya tak bertebaran di sekolah. Demikian puIa di tempat-tempat umum. Sebab, itu akan berdampak negatif pada perkembangan psikologi para siswa. Kini kelompok sekuler diIanda kekhawatiran. Kebijakan soal jilbab mereka niIai sebagai Islamisasi.
Langkah Erdogan memperjuangkan jilbab telah melalui jalan panjang. Empat tahun lalu, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), merintis gebrakan soal jilbab. Partai pendukung Erdogan ini mengubah konstitusi yang memperlonggar pembatasan jilbab di kampus. AKP menegaskan, setiap warga negara berhak mengenakan pakaian sesuai keyakinannya.
Amendemen ini mengakhiri larangan yang sudah berlaku sejak akhir 1990-an. Lebih jauh, AKP I berhasil meredam gaIaknya militer Turki. Bulan lalu, petinggi militer bersedia hadir daIam perayaan kemerdekaan di istana. Padahal di sana, ada istri Erdogan dan istri Presiden Abdullah Gul yang memakai jilbab.