Berbeda metode dalam menentukan awal Ramadan 1433 H memungkinkan umat Islam di Indonesia mengawali ibadah puasa
pada hari yang tidak sama. Sebagian umat mulai berpuasa pada hari ini,
Jumat 20 Juli. Sedang sebagian umat yang lain (kemungkinan) baru pada
hari Sabtu 21 Juli besok. Malahan ada paham atau aliran yang
meryalankannya mulai Kamis kemarin.
Di kalangan umat Islam Indonesia terjadinya perbedaan dalam menentukan awal bulan Ramadan
maupun Syawal bukan lagi fenomena. Tetapi merupakan peristiwa yang
sering berulang, sehingga perbedaan itu tidak lagi menimbulkan
permasalahan serius. Umat menyikapinya sebagai sesuatu yang tidak perlu
diperdebatkan (lagi) sehingga antara yang satu dengan yang lain saling
memahami dan menghargai. Saling toleransi, itulah kiranya yang
menyebabkan tidak sampai terbit polemik yang saling menyatakan dirinya
benar dan yang lainnya keliru.
Pada tahun-tahun sebelumnya, perbedaan itu sering terjadi dalam penentuan tanggal 1 Syawal
sehingga umat Islam menyelenggarakan salat Id pada hari yang berbeda.
Namun pada tahun 1433 H ini perbedaan itu kemungkinan terjadi dalam
penentuan jatuhnya tanggal 1 Ramadan. Sementara dalam menentukan jatuhnya tanggal 1 Syawal
kemungkinan tidak sampai terjadi perbedaan. Dengan demikian umat Islam
Indonesia dapat merayakan Idul Fitri secara serentak pada hari yang
sama.
Ya, toleransi dalam arti saling memahami dan
menghargai pendapat dan metode yang digunakan, merupakan kata kunci
tetap terpeliharanya kerukunan antarumat Islam di Indonesia. Dengan
terjadinya perbedaan malah justru antara sebagian umat dengan sebagian
yang lainnya saling mempelajari dan memahami masing-masing metode.
Perbedaan yang terjadi justru menjadi bagian dari khasanah ilmu dan
keilmuan dalam kehidupan beragama dan berbangsa.
Puasa
Ramadan merupakan ibadah wajib bagi setiap umat Islam. Perintah
melaksanakannya ditujukan kepada mereka yang beriman dalam kerangka
menjadikan tiap-tiap individu meningkat kadar ketakwaannya. Dalam
bingkai keimanan dan ketakwaan itulah tidak selayaknya ibadah puasa
diawali dengan perselisihan atau perbedaan pendapat, yang justru dapat
merusak ibadah puasa.