Terbentuknya pasar
dapat ditinjau dari sudut kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, untuk
dapat menjamin kelang-sungan hidupnya. Kebutuhan manusia timbul dengan
sen-dirinya, makin lama semakin berkembang sesuai dengan makin
berkembangnya alam pikiran manusia itu sendiri. Dengan kata lain
kebutuhan bukan sesuatu yang sengaja diciptakan, baik oleh orang itu
sendiri maupun oleh orang lain.
Dengan makin bertambahnya kebutuhan manusia maka makin
bervariasi pula barang dan jasa yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhan tersebut. Bahkan satu kebutuhan secara utuh, baru dapat
terpuaskan oleh beberapa jenis barang atau jasa secara bersama-sama.
Umpamanya, kebutuhan akan penampilan yang cantik menawan, tidak hanya
terpuaskan oleh sebatang pewarna bibir atau sekotak bedak saja.
Diperlukan seperangkat benda untuk itu; termasuk pakaian yang serasi,
sepatu yang apik, tas yang indah, kalung dan subang yang menawan, gelang
yang pantas, dan sebagainya. Diperlukan pula sekumpulan jasa untuk
memuaskan kebutuhan itu, seperti salon kecantikan, penjahit pakaian,
sampai pada jasa penarik beca yang mengantarkannya ke tempat-tempat
tersebut.
Tidak jarang seseorang merasa bingung, tidak tahu bagaimana cara
memuaskan kebutuhannya. Ia ingin cantik misalnya. Tetapi ia tidak tahu,
bedak apa saja yang harus dipakainya agar sesuai dengan sifat kulitnya.
Ia tidak tahu baju mana yang harus dibeli agar serasi dengan
penampilannya. Ia tidak tahu pula di mana harus membeli
sepatu yang sesuai dengan baju dan tas yang sudah dibeli sebelumnya.
Mengapa perasaan bingung ini timbul ? Karena seseorang selalu berusaha
untuk memilih barang atau jasa yang mampu memberikan kepuasan maksimal
pada kebutuhan yang dirasakannya. Dari sinilah, dengan didukung oleh daya beli yang cukup, tercipta suatu permintaan.
Makin bervariasi kebutuhan manusia, makin berkembang pula cara yang
mereka tempuh untuk memuaskannya. Pada masa awal kehidupan manusia
kebutuhan dipenuhi sendiri. Manusia berburu dan bercocok tanam untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan' mempertahankan diri dari kelaparan.
Manusia mencari kayu di hutan untuk memasak, menghangatkan badan dan
diambil kulitnya untuk "pakaian". Manusia mencari kerang dan batu-batuan
untuk dibuat manik-manik sebagai sarana kecantikan. Manusia membuat
kampak dan panah dari batu-batuan untuk perlengkapan sehari-hari. Cara
lain yang ditempuh di sini lazim disebut self production. Cara lain yang
juga dapat dipakai manusia adalah merampas dan meminta pada orang lain.
Sehingga dalam kehidupan manusia telah di-kenal adanya kaum perampok
dan perompak, juga kaum pe-minta-minta.
Makin lama manusia makin tidak mampu untuk memenuhi sendiri segala
kebutuhannya. Sementara itu untuk merampas dan meminta,seseorang tidak
mau melakukannya. Lalu manusia mencoba untuk melakukan pertukaran.
Pada mulanya dilakukan pertukaran antara barang/jasa dengan barang/jasa
yang lain. Cara ini masih dilakukan pada suku-suku terbelakang pada
saat ini. Rotan, damar dan berbagai hasil hutan ditukar dengan garam,
gula dan berbagai kebutuhan harian lainnya. Tampaknya cara pertukaran
untuk memuaskan kebutuhan ini berjalan, mudah, tanpa banyak tata cara
yang merepotkan. Pengamatan ini ada benamya selama dipenuhi beberapa
syarat pertukaran, antara lain:
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak yang saling membutuhkan pertukaran barang/jasa.
2. Tiap pihak mempunyai sesuatu yang berharga bagi fihak yang lain.
3. Tiap fihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan.
4. Tiap fihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran yang diberikan oleh fihak lain.
5. Tiap fihak merasa perlunya berhubungan dengan fihak lain.
Paling tidak ada lima persyaratan yang harus dipenuhi untuk terjadinya pertukaran. Pertukaran
tidak akan terjadi bila yang membutuhkan hanya satu fihak saja. Ia
tidak bisa me-maksa orang lain untuk menerima barang miliknya dan
meminta barang milik orang lain tersebut. Pertukaran akan terjadi secara
sukarela, bukan paksaan dari satu fihak pada fihak yang lain. Juga
pertukaran tidak akan terjadi bila satu fihak merasa bahwa barang/jasa
yang dimiliki fihak lain untuk dipertukarkan tidak cukup bemilai.
Seseorang tidak akan menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang
lain yang dipandangnya mempunyai nilai
lebih rendah, kecuali dalam keadaan terpaksa. Pertukaran juga tidak
akan terjadi bila seseorang tidak mampu mengutarakan maksudnya dengan
berbagai cara yang di-mengerti oleh fihak lain. Maksud ini dapat
diuraikan dengan kata-kata isyarat maupun tanda-tanda tertentu. Apapun
yang dipakai, yang penting adalah maksud tersebut difahami oleh fihak
lain. Komunikasi adalah jembatan utama yang menunjang terciptanya proses
pertukaran. Kesalah fahaman, bahkan pertikaian sering timbul karena
ketidak mampuan komunikasi, baik menyampaikan maksud maupun memahami
maksud orang lain. Pertukaran barang/jasa dengan barang/jasa lain
disebut transaksi barter, di mana transaksi adalah proses pertukaran
nilai antara dua fihak yang saling sepakat.
Dalam perkembangannya, proses pertukaran ini kemudian mengikutsertakan suatu mata uang
yang nilainya di-sepakati bersama oleh kedua belah fihak. Pertukaran
yang melibatkan mata uang sebagai nilai tukar suatu barang/jasa kemudian
disebut sebagai transaksi moneter. Atau lebih lazim disebut sebagai kegiatan jual-beli.
Proses transaksi inilah yang kemudian menjadi dasar pemahaman tentang
pasar. Pasar adalah suatu himpunan pembeli aktual dan potensial bagi
suatu barang atau jasa. Makin banyak orang atau individu-individu maupun
kelompok yang membutuhkan suatu barang atau jasa maka makin besar bagi
barang atau jasa tersebut. Begitu pula sebaliknya. Pada mulanya, bahwa
pasar adalah tempat pertemuan pembeli dan penjual dalam arti fisik.
Tetapi, seiring dengan semakin majunya sarana komunikasi dan
pengangkutan, pengertian ini tampak semakin tidak relevan. Dalam uraian
berikutnya, sengaja katatempat diletakkan dalam tanda petik agar dapat
dihindari pengertian fisik ini.
Pasar sebagai "tempat" pertukaran.
Sampai sejauh ini kita tampaknya beranggapan bahwa perusahaan dan
individu sebagai bagian dari pasar secara makro tampil begitu saja,
kemudian melakukan kegiatan ma-§ing-masing sesuai dengan perannya.
Tetapi sebenamya perlu dipertanyakan, bagaimana terbentuknya pasar
sehingga menjadi sedemikian kompleks? Atau tepatnya, bagaimana jadinya
pasar sebagai "tempat" menjual atau membeli suatu produk ?
Secara sederhana dapat diambil contoh lima orang yang mempunyai
keahlian berbeda satu sama lain. Orang pertama berspesialisasi membuat
barang A, orang kedua membuat barang B, dan seterusnya sampai orang
kelima. Suatu ketika orang pertama membutuhkan barang E, lalu ia pergi
ke tempat orang ke lima. Bila ia membutuhkan barang B, ia mendatangi
orang kedua, dan seterusnya. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan kelima
orang tersebut atas kelima macam barang diperlukan sepuluh kali
pertukaran, seperti terlihat pada gambar 1.3.
Apakah proses pertukaran di atas dapat disebut pasar ? Pada mulanya memang demikian. Pasar timbul
sebagai proses pertukaran barang atau jasa antar fihak-fihak yang
saling membutuhkan. Tetapi perkembangan yang terjadi pada pola pemikiran
manusia mengakibatkan timbulnya pandangan bahwa proses di atas tidak
efisien lagi. Bukankah tidak masuk akal untuk masa sekarang orang harus
bersvisah payah pergi ke kota untuk mendapatkan sebungkus rokok
atau sepasang sepa-tu ? Seperti tampak pada gambar 1.4, kemudian timbul
"pasar" dalam pemgertian yang lebih tegas sebagai tempat yangdibutuhkan
untuk menjual dan membeli barang atau jasa yang dibutuhkan. Pada
dasamya prinsip yang berlaku pada sistem ini sama dengan sistem pertama
(Gambar 1.3), hanya saja orang merasakan ada-nya suatu kelebihan
efisiensi. Kelebihan inilah yang men-dorong makin berkembangnya pasar
dengan variasi. Sehingga akhirnya pasar dikenal pasar modal, pasar uang,
pasar kapital, pasar tenaga kerja, sampai pada pasar barang antik.
Proses pertukaran melalui pasar semakin berkembang dengan hadimya pihak
ketiga (individu lain atau perusahaan) yangbertindak sebagai "dealer".
Kita sering menyebutnya sebagai pedagang saja, untuk menun jukkan fungsi
fihak tersebut di pasar. Dikatakan demikian karena mereka menyediakan
diri untuk membeli yang ditawarkan oleh produsen (pada contoh di atas
kelima orang yang menghasilkan barang A, B, C, D dan E), menjajakannya
dan menjualnya kepada yang membutuhkan. Kehadiran mereka mempermudah
proses pertukaran, di mana mereka pun pantas pula mengambil sejumlah
keuntungan sebagai balas jasa. Tampak bahwa dengan hadimya pedagang di
pasar, seperti pada gambar 1.4, pertukaran berkurang menjadi lima dari
semula. Hadimya pedagang ini juga menambah efi-
siensi waktu bagi para produsen sehingga mereka dapat lebih memusatkan perhatiannya dalam produksi. Dalam pasar yang modern, di mana spesialisasi sudah sedemikian tinggi, pedagang ini kemudian dikelompokkan menjadi pedagang besar (whole saler) dan pedagang eceran (retailer)
sesuai dengan besar-nya penjualan yang mereka lakukan dan ruang lingkup
per-dagangan mereka. Peranan para whole saler dan retailer ini semakin
berkembang seiring dengan semakin meluasnya pasar (jarak antara produsen dan konsumen),
semakin bervariasinya barang dan jasa yang ditawarkan dan semakin
berkembangnya teknologi. Akibatnya dalam sistem perekonomian yang
kom-pleks makin banyak dijumpai pedagang besar maupun pe-ngecer, baik
yang berspesialisasi pada barang atau jasa tertentu maupun tidak.
Akhimya pedagang besar atau eceran menjadi salah satu bentuk usaha
sendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari sistem perekonomian secara
keseluruhan, karena tidak jarang mekanisme pasar dipengaruhi oleh
"tindak-tanduk" mereka.
Pasar, Pertukaran, Pemasaran, Produsen, Konsumen
Sampai pembicaraan di atas kita belum menyinggung dan menyepakati pengertian pemasaran.
Hal ini memang disengaja agar terlebih dahulu didapat suatu konsep
dasar yang dapat dijadikan pegangan, sebelum memerinci apa yang disebut
"pemasaran ”.
Dari pembicaraan di muka, seseorang mungkin dapat membayangkan pengertian pemasaran
dengan berdasarkan pada proses pertukaran barang atau jasa, yang
dilakukan oleh dua pihak yang saling membutuhkan. Dari sana dapat
ditarik pengertian seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Me Carthy 1berpendapat bahwa Pemasaran (marketing)
menyangkut perencanaan secara efisien penggunaan sumber-sumber dan
pendistribusian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga
tujuan kedua fihak (produsen dan kon-sumen) tercapai. Lebih tegas lagi
ia mengatakan bahwa Pemasaran menunjukkan performance kegiatan bisnis
yang me-nyangkut penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen,
untuk memuaskan konsumen dan mencapai tujuan produsen.
Tampak pada pendapat di atas, tujuan kedua pihak perlu di perhatikan
dengan seimbang. Pemasaran tidak akan berhasil apabila produsen
(penjual) hanya memperhatikan kepentingan atau tujuannya saja.
Sebaliknya pemasaran tidak akan menda-tangkan hasil yang memadai bagi
perusahaan, jika hanya memperhatikan kepentingan konsumen, tanpa
memperhatikan tujuan perusahaan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor
produksi. Tujuan perusahaan terutama memperoleh ke-untungan yang memadai
sehingga ia dapat menunaikan segala kewajiban agar kelangsungan
hidupnya dapat terjamin. Semen-tara itu tujuan konsumen adalah
memperoleh manfaat yang maksimum dari sejumlah uang yang telah
ditukarkannya dengan barang atau jasa tertentu.
Pendapat di atas sebenamya memperkuat berbagai pendapat para ahli lain tentang pengertian Pemasaran.
Philip dan Duncan 2berpendapat bahwa Pemasaran adalah suatu kegiatan
yang meliputi langkah-langkah yang diperlukan untuk menempatkan
barang-barang tangible ke tangan konsumen. Stanton,3 mengatakan bahwa
Pemasaran meliputi sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
usaha yang bertujuan merencanakan, menentukan harga hingga mempromosikan
dan mendistribusikan barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan
pembeli dan pembeli potensial. Sedangkan Lazo 4mengajukan pendapat yang
sederhana, bahwa pemasaran adalah semua kegiatan bisnis yang berkaitan
dengan arus perpindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen akhir.
Sementara itu Kotler 5berpendapat bahwa pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha pemuasan ke-inginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran.
Dengan memahami kemudian menggabungkan berbagai pendapat di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pemasaran adalah :
Usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana strategi yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
Jelaslah bahwa pemasaran mencakup berbagai kegiatan secara terpadu.
Artinya, untuk memperoleh hasil yang maksimal-meningkatnya penjualan dan
akhirnya meningkatnya laba-segala kegiatan dilakukan bersama-sama,
saling berhubungan dan saling mempertimbangkan satu sama lain.
Keberhasilan menjual .suatu barang pada dasamya merupakan hasil
per-paduan yang serasi antara kualitas barang, harga barang,
kebijaksanaan penyaluran barang serta aktivitas perusahaan (penjual)
dalam mempromosikan barang tersebut. Dengan kata lain, apabila
perusahaan hanya memperhatikan salah satu hal (misalnya kualitas) tanpa
memberikan perhatian yang cukup pada hal-hal lain maka hasil yang
dicapai tidak akan optimal.
Bahwa pemasaran akan berhasil apabila selalu diarahkan pada pemuasan
kebutuhan dan keinginan pembeli, merupakan suatu hal yang tidak dapat
ditawar lagi. Penjual akan memperoleh balas jasa dari pembeli apabila
pembeli merasa salah satu keinginan atau kebutuhannya dapat dipenuhi.
Tentu saja, kepuasan tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau
jasa yang dibelinya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pembeli.
Makin banyak persyaratan yang dapat dipenuhi, makin besar kemungkinan
untuk terjadinya transaksi. Umumnya, sebagaimana kodrat manusia pembeli
menghendaki barang berkualitas tinggi di satu pihak, dengan harga yang
murah di pihak lain. Tentu saja sulit bagi penjual untuk memenuhi kedua
persyaratan yang bertentangan itu. Disinilah pemasaran ber-peran,
sehingga memungkinkan pembeli-pembeli membuat pilihan persyaratan mana
yang lebih diutamakannya, yang nantinya akan dipenuhi oleh penjualnya.