Keputusan
seharusnya diambil setelah membandingkan berbagai altematif yang
tersedia. Dengan kata lain, sebelum keputusan diambil perlu dicari
berbagai altematif untuk kemudian dipilih salah satu yang dianggap
terbaik. Keadaan yang paling sederhana yang dihadapi oleh seseorang yang
akan mengambil keputusan adalah di mana semua altematif yang tersedia
adalah sama. Artinya, altematif manapun yang diambil akan mendatangkan
akibat yang sama di kemudian hari. Memilih altematif dalam hal ini
sangat mudah, semudah melemparkan mata uang atau mengambil gulungan
kertas dengan mata tertutup.
Tetapi, hal yang dihadapi oleh manajer dalam dunia
usaha pada umumnya tidak sesederhana contoh di atas. Setiap alter-natif
yang ada mempunyai konsekuensi yang berbeda. Karena itu diperlukan
kesigapan setiap orang untuk mempertimbang-kan kekuatan dan kelemahan
setiap altematif sebelum salah satunya dipilih. Untuk itu diperlukan
bantuan alat kuantitatif dan berbagai kriteria serta nilai-nilai yang
harus dipenuhi oleh altematif yang terpilih. Alat kuantitatif diperlukan
terutama untuk meramalkan akibat dari dipilihnya suatu altematif
ter-hadap kemajuan perusahaan. Analisa Break Even
misalnya, merupakan salah satu alat kuantitatif yang dapat dipakai untuk
meramalkan apakah perusahaan akan mendapatkan laba (atau rugi) kalau
diambil altematif tingkat produksi
tertentu pada periode mendatang. Analisa Network sebaliknya dapat
dipakai untuk menaksir berapa lama total waktu proses bila dipilih
altematif penambahan karyawan di tingkat tertentu dalam proses produksi.
Metoda Simplex dalam linear Programming dapat dipakai untuk
memperkirakan, apakah laba yang diper-oleh masih dapat meningkat bila
dipilih altematif penambahan produksi barang A. Dan masih banyak alat
analisa kuantitatif lain yang dapat dipakai untuk keperluan di atas.
Baik analisa kuntitatif maupun kriteria-kriteria yang ditetapkan untuk
setiap altematif yang terpilih, membutuhkan data. Data merupakan titik
pangkal dari rangkaian proses pengambilan keputusan. Data merupakan
bahan utama yang perlu dipertimbangkan, sebelum seseorang memilih
altematif keputusan. Data inilah yang menunjukkan penampilan perusahaan
di masa lampau, sehingga dalam menetapkan kriteria untuk dipilihnya
suatu altematif, seseorang perlu melihat kemampuannya sendiri di masa
lampau. Akan sangat berba-haya bila seseorang menetapkan kriteria yang
terlalu tinggi, sedangkan data tentang penampilan di masa lampau
menunjukkan kekurangmampuan. Umpamanya, ditetapkan bahwa akan dipilih
kriteria tentang jenis promosi, yang dapat menaikkan volume penjualan
menjadi 10 juta unit per tahun. Bila dari data penjualan pada
tahun-tahun yang lampau tampak bahwa volume penjualan per tahun hanya
rata-rata mencapai 500.000 unit, jelas bahwa kriteria di atas terlalu
tinggi. Data yang diperhatikan tidak hanya data intern tetapi juga
extern, karena hal ini juga mempengaruhi penampilan perusahaan.
Selengkap-lengkapnya sebelum memutuskan sumber atau faktor produksi yang
akan dibelinya. Apabila informasi ini ter-hambat karena terhalang oleh
sesuatu atau karena kesengajaan satu pihak untuk menahan informasi, maka
sistem tidak akan berjalan sempuma. Artinya di satu pihak individu
tidak rela mengeluarkan uang untuk produk yang tidak diketahuinya dengan
pasti, begitu pula di lain pihak perusahaan dalam membeli faktor-faktor
produksi. Jadi untuk mencapai suatu keseimbangan peranan informasi
sangatlah besar.
Fihak ketiga yang tidak dapat dipisahkan dan juga berada dalam sistem perekonomian ini adalah pemerintah. Pemerintah
diperlukan peranannya dalam menjamin bahwa tidak ada pihak seharusnya
terjamin tetapi tidak terjamin dalam proses pengambilan keputusan.