Pengertian shalat Jenazah

Pengertian shalat Jenazah terdiri dari empat kali takbir tanpa ada ruku’ dan sujud. Demikian yang diamalkan oleh Nabi saw. yang banyak diriwayatkan dalam berbagai hadits.
Di antaranya ialah hadits di bawah ini:



Abdullah ibnu Abbas r.a., berkata: “Ada seorang (sahabat) wafat, yang Rasulullah saw. sering berkunjung kepadanya. Tiba-tiba mereka memakamkan mayat itu malam itu juga tanpa sepengetahuan Rasulullah saw. Ketika pagi tiba, barulah mereka mengabarkan hal itu. Rasulullah saw. menegur mereka: “Apa yang memberatkan kalian, hingga kalian tidak mengabarkannya kepadaku?” Mereka menjawab: “Saat itu malam hari, dan gelap gulita, kami enggan untuk mengganggu tuan. ” Maka Rasulullah saw. datang ke kuburnya dan menyalatinya dengan empat kali takbir. ” H.R. Bukhari dan lainnya.
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, Abu Umamah, dan lain-lainnya. Lebih jelasnya. lihat kitab Ahkamul Janaiz, Albany, halaman 111.
Pernah juga diamalkan oleh Rasulullah saw. dengan lima sampai sembilan kali takbir. Semuanya benar dan ada tuntunannya.
Dalil disyariatkannya takbir lima kali, adalah hadits yang diberitakan oleh Abdurrahman bin Abi Laila:






Katanya: “Zaid bin Arqam bertakbir sampai empat kali atas jenazah-jenazah kami, dan pernah pula dia bertakbir lima kali atas salah satu jenazah, maka aku tanyakan hal itu kepadanya, dia menjawab: Rasulullah saw. pernah bertakbir seperti itu, maka aku tidak akan meninggalkannya, walau ada celaan dari seseorang. “ 
Dalil disyariatkan takbir enam kali atau tujuh kali dari hadits yang marfu’, dalam masalah ini belum didapati, namun ada atsar (contoh) dari sahabat, yang atsar tersebut tidak diperselisihkan oleh mereka. Untuk itu cukup sebagai hujah (dalil), kita simak hadits yang diberitakan oleh Abdullah bin Ma’qil:


“Bahwasanya Ali bin Abi Thalib telah menyalati Sahal bin Hanif dengan enam kali takbir, lalu beliau 
berpaling melihat kami seraya berkata: ”Sesungguhnya dia (Sahal bin Hanif) adalah salah seorang yang turut menyaksikan perang Badar. “ 40)
Hadits yang diberitakan oleh Musa bin Abdullah bin Zaid:


“Bahwasanya Ali telah menyalati Abu Qatadah dengan tujuh kali takbir, dan dia (Abu Qatadah) adalah salah seorang-yang turut menyaksikan perang Badar. “ 41)
Adapun dalil disyariatkan bertakbir sembilan kali adalah hadits yang diberitakan oleh Abdullah bin z.ubair:



Dari Abdullah bin Zubair, katanya: “Rasulullah saw. menyalati Hamzah dengan sembilan kali takbir. ” H.R. Ath-Thahawi dengan sanad yang hasan dan mempunyai syawahid (hadis-hadis riwayat lain sebagai saksi).
Walhasil, semua atsar di atas adalah sah, baik yang menunjukkan amalan takbir lima, enam, atau sampai sembilan kali, dan syariatnya tetap berlaku sampai jaman setelah wafatnya Rasulullah saw. Ini sebagai sanggahan bagi mereka yang mengatasnamakan ijma' ulama, shalat jenazah hanya empat kali takbir.
Imam Asy-Sya’bi berkata:


Sahabat Alqamah datang dari negeri Syam menghampiri Abdullah bin Mas ’ud seraya berkata: “Sesungguhnya sahabat-sahabatmu di negeri Syam sama bertakbir untuk shalat Jenazah sebanyak lima kali takbir, maka sudilah kiranya tuan memberikan batasan untuk kami ikuti.” Abdullah bin Mas’ud tertegun sejenak, kemudian menjawab: “Shalati jenazah-jenazahmu, lakukan takbir sebagaimana jumlah imam-imammu, tiada batasan dalam takbir. ” H.R. Ibnu Hazm.
Dengan demikian, persoalan menjadi jelas oleh kesaksian riwayat sahabatyang terkenal di atas. Namun, tidaklah yang beliau maksud “Tiada batasan dalam takbir” itu berarti boleh semuanya, yang kita pahami adalah: Bukan hanya empat kali takbir, batasannya, akan tetapi boleh lima, enam, tujuh, atau sembilan, sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Wallahu a’lam.
Walaupun demikian, yang banyak diriwayatkan dari Rasul saw. adalah empat kali takbir.